Selasa, 11 November 2008

FOTOGRAFI GUA

Pendokumentasian kegiatan penelusuran gua memerlukan persiapan yang lebih merepotkan daripada melakukan dokumentasi dilokasi lain. Dalam kesempatan kali ini bentuk dokumentasi yang akan kita lakukan adalah dokumentasi foto.

Kemajuan teknologi yang telah dicapai bidang fotografi dewasa ini sungguh amat mencengangkan, ditinjau dari beberapa hal, fotografi digital diakui atau tidak semakin jauh meninggalkan fotografi konvensional. Beberapa penggemar fotografi yang sebelumnya memutuskan untuk tetap mempertahankan kamera analognya, satu persatu runtuh dan akhirnya harus berdamai dengan keadaan, bermigrasi ke teknologi digital.

Tak terkecuali Fotografi Gua…

Hambatan terbesar yang masih harus dihadapi oleh fotografer gua adalah kondisi ektrem yang tidak pernah berubah dari dulu. Kondisi gelap total tanpa cahaya, kelembaban ekstra tinggi, lumpur, medan berair dan kabut yang seringkali muncul ketika sesi pemotretan berlangsung masih merupakan tantangan yang memiliki nilai tersendiri, terutama bagi mereka yang menggemari pemotretan bawah tanah ini.

Tak ada persyaratan khusus yang harus dimiliki oleh kamera untuk memotret didalam gua, meskipun secara ideal kamera yang ringkas, tahan air, tahan lumpur, tahan benturan dan memiliki pengaturan fungsi secara manual ketika dioperasikan baik sistem fokusnya ataupun sistem pengaturan pencahayaannya (exposure) masih menjadi dambaan fotografer gua, namun tak semua mampu memilikinya, karena dapat dipastikan kita harus mengeluarkan uang dengan nilai cukup tinggi untuk mendapatkan segala yang ideal tersebut.


Solusinya…marilah kita uji seberapa kreatifnya “sel-sel kelabu” kita, karena produsen kamera terbukti masih berbaik hati menyediakan fitur-fitur sederhana yang masih dapat kita manfaatkan untuk menyalurkan hobi kita, memotret dalam gua.

Kamera, yang relatif murah pun jadi….

Jika anda pengguna kamera Digital SLR (Single Lens Reflex), berbahagialah …karena dalam beberapa hal kamera jenis ini memang terbukti handal dalam fotografi bagaimanapun bentuk medannya, hanya tinggal keberanian anda membawanya menuju medan se-ektrem gua, tapi bagi anda yang hanya memiliki kamera digital pocket (kamera saku digital) atau kamera dari jenis compact digital, tak usah berkecil hati…kedua kamera dari jenis terakhir ini pun ternyata cukup bandel dalam menghasilkan gambar-gambar yang “cukup cantik” didalam gelapnya gua.

Yang kita butuhkan pada kamera jenis digital Pocket/Compact, hanyalah fitur yang mengatur kamera tersebut dapat membuka tirai rana-nya lebih lama dari 1 detik. Biasanya fitur ini tersimpan dalam modus pemotretan malam hari (Night Landscape), bisa juga kita mengaktifkan fitur ini hanya dengan mematikan “lampu kilat” internal dalam kamera kita, maka secara otomatis tirai rana dalam kamera kita akan ter-setting lebih lama dari atau setidaknya 1 de
Pada SLR digital (DSLR), tentu saja kita akan lebih leluasa dalam mengatur exposure yang kita inginkan, karena kamera jenis ini dilengkapi dengan fasilitas pengaturan exposure secara terpisah (speed dan diafragma) dengan rentang yang lebih luas dari kamera pocket/compact digital.

Aturlahfungsi kamera secara manual, matikan sistem autofokusnya, setting whitebalance sesuai sumber cahaya, gunakan ISO/ASA-nya dengan nilai yang terendah, (misalkan ISO 100), dan gunakan selftimer untuk mengaktifkan tombol shutternya sehingga bisa mengurangi goncangan yang akan membuat gambar kabur/blur, setting kualitas gambar pada nilai terbagus, kamera anda pun siap untuk digunakan.

Tripod, sahabat yang tidak boleh dilupakan…

Dalam setiap sesi pemotretan di gua, seorang fotografer seharusnya menyediakan sebuah tripod yang kokoh, ringan dan ringkas untuk dibawa-bawa. Tripod dengan bahan dasar karbon atau aluminium alloy merupakan pilihan terbaik karena ringan dan kuat. Usahakan mencari tripod yang memiliki kepala dengan ruang gerak lebih banyak, sehingga kita dapat dengan leluasa memposisikan kamera kita ketika hendak memotret.

Fungsi tripod ini adalah untuk menyangga kamera ketika pengambilan gambar berlangsung, sehingga kamera kita benar-benar tenang tidak ‘terintervensi” oleh gerakan tubuh kita, dan gambar yang kita ambil terekam tanpa adanya gambar yang blur karena camera shake.

Flash/lampu kilat tambahan

Lengkapi diri anda dengan beberapa lampu kilat tambahan, setidaknya 2 atau 3 buah. Carilah lampu kilat yang memiliki GN (Guide Number) besar serta dapat dioperasikan secara manual, jika kondisi finansial mendukung, flash/lampu kilat yang memiliki ”built in slave” (pemicu nyala terintegrasi) akan lebih praktis daripada anda menggunakan slave unit yang terpisah, keuntungannya adalah kita dapat meminimalkan kontak arus terbuka sehingga meminimalkan kemungkinan korlseting ketika flash kita nyalakan di tempat yang memiliki kelembaban tinggi.

Bungkuslah masing-masing flash ini dengan plastik transparan, dan sisipkan 2 buah silika gel untuk mengantisipasi kelembaban berlebih dalam flash kita. Periksa secermat mungkin dan usahakan jangan ada kebocoran pada plastik pembungkus flash kita.

Kenali kekuatan cahaya masing-masing flash (dapat kita baca pada tabel dibelakang flash atau dengan membaca seri yang terdapat dibagian depan), tentukan mana mainflash kita dan mana yang akan digunakan sebagai fill in flash.

Fotografi Kit…

Yang satu ini, tentunya secara logika sudah dapat ditebak, perlengkapan pendukung pemotretan. Banyak fotografer melewatkan momen-momen berharganya ketika terkendala dengan permasalahan-permasalahan yang sebenarnya dapat diantisipasi sewaktu persiapan, seperti kehabisan batere kamera/flash, kehabisan film/memory card, lensa kamera berembun, tertutup lumpur, tertetesi air atau kamera macet dan ngambek, dan lain sebagainya.

Dalam fotografi gua, selain peralatan utama sebagaimana diatas, fotografer gua harus melengkapi dirinya dengan fotografi kit yang terdiri atas kotak kedap air (jika tidak ada dapat digantikan dengan ammobox/kotak peluru milik TNI), tissue lensa, senter kecil, lap tangan, batere cadangan untuk kamera dan flash, payung kecil, plastik transparan cadangan, selotip, pisau lipat atau gunting serta silika gel, jika ingin lebih nyaman lagi, fotografer hendaknya memakai sarung tangan karet yang dapat menjaga tangannya tetap kering dan bersih saat mengoperasikan kamera.

Mencapai hasil maksimal dengan “Tim Work”

Pemotretan didalam gua membutuhkan tim yang solid, inilah yang menjadi tugas berat fotografer selain “urusan teknis” fotografi. Dalam kondisi ideal, setidaknya seorang fotografer membutuhkan 2 – 4 orang asisten, namun ini jumlah tentatif, tergantung berapa banyak sumber cahaya yang akan kita gunakan.

Satu orang bertindak sebagai pendamping fotografer dalam mempersiapkan peralatan memotretnya, selebihnya menjadi operator flash. Menjaga suasana hati tim bukanlah perkara yang mudah, karenanya setidaknya asisten yang membantu fotografer memiliki keahlian dibidang penelusuran gua serta memahami instruksi fotografer tentang bagaimana pencahayaan dilakukan terhadap objek.

Salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh fotografer adalah memberikan arahan tentang teknis pengambilan gambar, fotografer harus memaparkan kepada seluruh anggota timnya bagaimana hasil yang diinginkannya, termasuk arah dan sudut pencahayaan, serta jarak sumber cahaya ke objek. Jika semua flash dilengkapi pemicu otomatis (slave unit) tentunya akan semakin memudahkan fotografer, tetapi seorang fotografer juga harus membuat suatu kode-kode tertentu yang harus dipahami oleh anggota timnya berkenaan dengan pengoperasian sumber cahaya/flash.

Mulai memotret…

Setelah semua persiapan beres, masuklah kedalam gua (jumlah minimal yang direkomendasikan adalah 4 orang) sampaikan kepada seluruh tim jika anda ingin mendokumentasikan sesuatu, sebuah ornamen yang menarik misalnya.

Sebelum anda memutuskan mengeluarkan kamera dari “tempat aman”, telitilah sekali lagi apakah tempat anda berpijak benar-benar aman bagi anda maupun properti anda. Letakkan kamera pada tripod, aturlah komposisi sedemikian rupa dengan menggunakan bantuan cahaya yang tim anda bawa (masing-masing orang diharapkan membawa minimal 2 sumber cahaya beserta cadangan energinya), bagi anda yang tidak terbiasa akan terasa sangat sulit meletakkan dimana objek anda seharusnya di dalam frame, apalagi ketika anda mengatur titik fokus. Pengguna DSLR dengan lensa yang memiliki gelang pengukur jarak akan lebih mudah dalam memfokuskan benda yang akan dibidiknya, tapi jika anda masih ragu…gunakan saja diafragma kecil (misal bukaan 8 atau 11).

Untuk kamera pocket/compact, tentu saja akan susah untuk menghindari penggunaan autofolus, yakin saja…pencet tombol release setengah dan pertahankan sampai kamera mengeluarkan indikator bahwa objek telah fokus, bisa dengan suara atau indikator lampu, jangan lupa atur kamera pada modus landscape, pada modus ini kamera anda akan dipaksa untuk menggunakan diafragma sempit sebagaimana layaknya kamera SLR.

Aturlah tim anda dengan masing-masing flash yang dibawa, tentukan dari sebelah mana objek akan anda cahayai, untuk lebih mudahnya…tentukan dulu mana mainflash anda, kemudian letakkan flash-flash alain untuk mengisi ruang-ruang gelap tentunya dengan intensitas cahay yang lebih lemah dibandingkan flash utama anda. Kemudian tekanlah tombol release anda setelah terlebih dulu mengaktifkan self timer pada kamera…ketika tirai rana membuka nyalakan seluruh flash anda (pada kamera pocket digital yang tidak memiliki pengaturan speed manual, jeda buka tirai rana akan sangat sempit waktunya, cahayailah segera begitu terdengar tirai rana membuka). Setelah tirai menutup…anda bisa melihat hasilnya pada LCD kamera, jika kurang puas…bisa anda ulangi lagi dengan merubah-rubah posisi pencahayaan sesuai keinginan/konsep yang ingin anda munculkan.

Praktis dan cukup mudah,
Selamat berkarya….

Diposkan oleh AB Rodhial

Blog Archive

 

Copyright © 2009 by Legua Caving & Speleologi