Sabtu, 04 Juni 2011

ALASAN MENELUSURI GUA ( Oleh R. K. T. Ko Pemerhati Lingkungan Karst dan Goa )

"Mengapa Anda gemar menelusuri goa?" pertanyaan ini
bersifat klasik, sekalian universal. Di Negara manapun, saat
apapun, seorang penelusur goa, cepat atau lambat akan
menjumpai orang yang melontarkan pertanyaan ini.
Celakanya, secara universal pun, orang yang ditanyai, akan
menghadapi kesulitan untuk menjawabnya. Jelasnya,
sipenelusur goa bak "maling ketangkap basah" bila
menghadapi pertanyaan ini.

Dalam pertemuan Speleologi Internasional, pertanyaan
klasik dan dilema menjawabnya, cukup sering muncul
sebagai bahan obrolan santai dibumbui humor segar. Bila
diinventarisasi jawabannya, maka variasinya tidak
mengenal batas. Setiap orang akan mengemukakan
motivasi yang berbeda, baik dalam substansinya, maupun
dalam esensinya. Bahkan berbeda pula dalam tingkat
kejujurannya.

Secara universal pun, pertanyaan, yang sebenarnya sudah
harus diantisipasi ini, setiap kali terlontar, akan
mengakibatkan "periode hening" sebegai "reaksi kaget",
"bingung", "kurang faham", "pura-pura tidak dengar atau
tidak mengerti pertanyaan itu", “serba salah untuk menja-
wabnya". Periode diam itu bervariasi antara beberapa detik
sampai berapa menit. Bila melewati batas waktu tiga menit,
biasanya tidak bakal ada jawabannya…. Biarpun diberi
waktu satu tahun untuk mencari jawabannya.

Tidak adanya kebersamaan pendapat tentang motivasi
menelusuri goa itu, dapat dikembalikan pada sifat
individualisme si penelusur goa. Dan harus diakui pula,
bahwa setiap penelusur goa, hampir senantiasa memiliki
sifat individualisme tinggi. Namun, anehnya, mereka secara
universal merasa "senasib", terhadap sorotan awam, yang

sering menganggap kegiatan penelusuran goa itu, kegiatan
"aneh".

Kembali pada pertanyaan klasik tadi: "mengapa Anda
gemar menelusuri goa?" Penulis telah membaca publikasi
dalam Bahasa Belanda (Dari majalah Speleologi Belgia),
dalam bahasa Inggeris (Dari majalah suatu Klub Speleologi
AS) dan bertemu muka serta berdiskusi mengenai
"problematika" menjawab pertanyaan ini. Tetap belum
dapat dikesimpulkan, jawaban apa yang kiranya paling
tepat, dan bisa dijadikan jawaban klasik dan universal pula.

Sudah diuraikan, bahwa hampir setiap individu mempunyai
motivasi pribadi, yang belum tentu sama dengan rekan
yang ikut menelusuri goa, pada saat yang sama.

Motivasi berspektrum luas. Bisa jujur, bisa juga dibuat-
buat. Si penanyapun sebetulnya juga memiliki motivasi
berbeda, dan konotasinya berbeda pula bila melontarkan
pertanyaan itu, walaupun tutur ucap dan susunan kata-
katanya sama.

Contohnya: "Mengapa Anda menelusuri goa?". Bila
pertanyaan ini diajukan oleh seorang polisi, maka
konotasinya mungkin ke arah keselamatan bagi si
pemelusur goa. Tanggungjawabnya sebagai penjaga
keamanan. Pertimbangan untuk memberi izin atau menolak
memasuki goa. Pasti maksud dan tujuan pertanyaan polisi
itu berbeda dengan pertanyaan yang sama, tetapi diajukan
oleh seorang ilmuwan, atau penduduk desa. atau
wisatawan, atau pegawai pemerintah daerah. Penduduk
desa menganggap goa itu tempat mistik, ilmuwan sebagai
laboratorium bawah tanah, wisatawan melihat goa tempat
yang indah atau petualangan, sedangkan pemerintah daerah
menanggapnya potensial untuk mendatangkan uang.

Konotasi yang berbeda dari pertanyaan yang sama,
seyogyanya diantisipasi, dan membutuhkan "penyesuaian"
dari jawaban, agar diterima dan difahami oleh sipenanya.
Menjawab pertanyaan polisi, seperti contoh di atas, dengan
alasan mengada-ada:"Karena saya hobbynya mencari harta
karun", akan berbuntut panjang. Izin akan sulit. Perlu
dilengkapi surat-surat rekomendasi setumpuk dari semua
instansi yang berwenang. pertanyaan penduduk yang sama,
bila dijawab:"Karena saya hendak bertapa dalam gua", akan
sangat dimengerti dan dihargai oleh mereka. Biarpun
bertapanya ialah untuk mencari kode buntut. Namun
jawaban yang sama, bila diberikan kepada penanya
golongan ilmuwan, akan diterima dengan sinis, karena
sipenelusur goa dianggap gemar "klenik". Pasti sang
ilmuwan tidak akan bersedia memberi rekomendasi!.

Bila ingin jujur, maka sebagian besar dari penelusur goa dari
golongan "pencinta alam", sebetulnya menggemari kegiatan
di alam bebas ini, karena ada unsur kepetualangannya. Goa
sering dianggap sebagai “The last frontier, still unexplored".
Untuk mereka, motivasi kepetualangan ini bahkan dilapisi
ambisi, menjadi "manusia pertama yang menelusuri gua
itu", "memecahkan rekor goa terdalam, terluas, terpanjang
di dunia". Tetapi celakanya, motivasi yang berlandaskan ego
tinggi itu, sering tidak dapat difahami sipenanya…..
Mengapa rekor-rekor itu perlu dipecahkan?

Menghadapi pertanyaan susulan itu, semakin rumpil
jawabannya. Yang jujur, tetapi hampir tidak pernah diakui
ialah: “Untuk memuaskan ego saya yang tinggi, yang haus
akan pengakuan Nasional/Internasional”. Hanya nol koma
sekian persen yang mau mengemukakan jawaban jujur itu.
Yang lain akan pusing tujuh keliling, mencari jawaban
tambal sulam. Akibatnya tinggal tunggu vonis “paling
kejam” bagi sipenelusur goa, bahwa ia, akibat jawaban-
jawabannya dianggap orang yang eksentrik, aneh, sinting,
bahkan perlu dikasihani.

Bagi seorang speleologiwan, karena ia seorang ilmuwan,
jawabannya gampang. Tanpa ragu-ragu dengan suara
mantap, ia akan uraikan, bahwa menelusuri goa itu, karena
goa baginya merupakan laboratorium alamiah yang ia
anggap perlu untuk diteliti dari berbagai aspek ilmiah yang
terkandung di dalamnya. Sama dengan gunung berapi, yang
perlu diteliti oleh seorang ahli vulkanologi. Seorang ahli
vulkanologi tidak mengambil risiko menaiki gunung
berapi, akibat senang berpetualangan; itu adalah profesinya.

Bagi

seorang

speleogiwan,

aspek

biologi,

mikroklirnatologi, mikroekologi, arkeologi, hidrologi,
merupakan aspek-aspek yang menarik. Tetapi, timbullah
persoalan, apabila ia hendak secara jujur, mengemukakan
alasan itu pada penduduk setempat atau pemerintah daerah
sekalipun. Untuk mereka, ekosistem guano, menentukan
umur sedimen melalui pendataan paleomagnetisme,
penentuan umur goa, tidak akan dimengerti. Baik
substansinya maupun manfaatnya.

Memberi jawaban dalam bahasa yang dimengerti, mungkin
lebih mudah untuk diterima dan memperoleh izin. Karena
air merupakan sumber kebutuhan hidup, pasti bagi awam
lebih dimengerti, apabila penelitian air untuk kemungkinan
dimanfaatkan, menjadi motivasi penelusuran goa.Namun
sungguh tidaklah jujur, apabila yang dituju ialah
kepetualangan, tetapi yang dikemukakan ialah penelitian
soal air. Ini sama dengan membohongi penduduk setenpat,
yang penuh harapan ada hasil nyata bagi mereka. Mungkin
mengemukakan tujuan untuk melihat "potensi"goa sebagai
obyek kunjungan wisatawan, akan menarik bagi pemberi
izin dari pihak pemerintah daerah, namun, sungguh tidak
jujur, apabila tujuan sebetulnya ialah untuk meneliti siklus
hidup jangkrik goa…... Tidak ada wisatawan yang menaruh
minat meneliti seluk-beluk kehidupan jangkrik gua!.

Menjawab pertanyaan awam, kita tidak perlu melakukannya
secara formal. Lain halnya, apabila kita harus mengisi
formulir "maksud dan tujuan kunjungan: Tentu hal ini harus
diisi dengan benar. Tidak boleh mengaada-ada. Sama
dengan kasus, bila kita ingin meminta rekomendasi dari
suatu instansi, misalnya Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) misalnya. Atau dari PERUM
PERHUTANI.

Namun HIKESPI cukup sering melihat terjadinya
"kebocoran" pada rekomendasi ini. Instansi memberi
rekomendasi, bahkan izin pada kelompok penelusur goa
dengan alasan "untuk melakukan penelitian", padahal yang
"diteliti" itu tidak ada juntrungannya, dan celakanya tidak
pernah ditindak lanjuti dengan penyerahan laporan pada
akhir kunjungan. Dan sipemberi izin maupun rekomendasi
itu malah lalai menagih laporannya, padahal sudah
dipersyaratkan.

Jadi ada rekomendasi dari instansi tertentu, izin dari instansi
lain, dengan alasan “Penelitian Ilmiah”, tetapi
disalahgunakan untuk kepetualangan belaka. Untuk hura-
hura, dengan akibat goa rusak dan hanya ditambah parah
karena tidak ada laporan ilmiah, Sebaliknya ada publikasi
panjang lebar, penuh sensasi dalam majalah atau harian
populer. Semuanya hanya untuk memenuhi ego yang haus
pengakuan itu.
Bahkan pernah (1987) suatu instansi pendidikan pariwisata
dari Bandung, yang menyelenggarakan suatu kunjungan
resmi ke suatu goa di Selatan Sukabumi, dilarang keras
memasuki goa itu, karena aparat pemerintah dan keamanan
setempat, berpegang teguh pada komentar dalam buku
tamu yang ditulis oleh suatu kelompok penelusur goa dari
Jakarta. Bunyi komentar itu: “Semua pihak yang ingin
memasuki goa ini harus memiliki izin dari LIPI".
Terlampirlah rekomendasi (bukan izin) dari LIPI untuk
kelompok penelusur goa itu "sebagai contoh".

Ketika HIKESPI menghubungi LIPI, ternyata LIPI belum
pernah terima laporan dari kelompok yang diberi
rekomendasi ini. Jadi jelas kelompok ini menyalahgunakan
surat rekomendasi LIPI untuk tujuan tercela, mempersulit
kelompok lain memasuki goa itu.

Karenanya tujuan menelusuri goa harus diperjelas dulu.
Setiap instansi terkait harus memiliki pengertian yang
sama. Harus ada proposal yang jelas. Tidak semua goa
dapat dimasuki oleh setiap orang atau kelompok. Harus ada
pendataan goa dulu. Uraian mengenai nilai tambah setiap
goa. Kategori mana yang boleh memasuki goa itu. Harus
disepakati prosedir perizinan dan rekomendasi. Dan dengan
usaha bersama dan terpadu ini, mudah-mudahan goa-goa di
Indonesia tetap utuh dan dapat dinikmati generasi-generasi
yang akan datang.


Semoga.


Blog Archive

 

Copyright © 2009 by Legua Caving & Speleologi