Sabtu, 04 Juni 2011

TREKKING (Oleh : R. K. T. Ko)

Dalam kamus The Heritage Illustrated Dictionary of the
English Language, arti dari Trekking ialah melakukan
perjalanan yang lambat dan sulit.

Perjalanan yang penuh rintangan alam (bukan karena
rintangan birokrasi, walaupun hal ini sering ikut menjadi
penyulit) ditempuh dengan berbagai cara. Tidak terbatas
pada pakai atau tidak pakainya kendaraan (berjalan kaki),
tidak terbatas pula jenis perlengkapan yang dibawa dan
digunakan (misalnya peralatan pendakian gunung).

Dalam bahasa Indonesia, mungkin kata berkelana, memiliki
arti yang mendekati trekking ini. Namun konotasi berkelana
lebih cenderung pada arti berjalan-jalan tanpa tujuan, dari
satu tempat kelain tempat. Malah ada kata lain yang lebih
kasar: bergelandangan.

Hal ini bukan terjemahan yang tepat, karena berkelana atau
bergelandangan itu dalam bahasa Inggris ialah to roam, atau
to wander. Dalam kamus yang sama diartikan to move or
travel without purpose or plan.

Jelas bahwa perbedaan antara trekking dan berkelana ini
terletak pada ada tidaknya tujuan. Trekking jelas
mempunyai tujuan. Karenanya membutuhkan persiapan
yang matang.

Tujuannya biasanya ialah melihat bentukan alam, dan
merupakan kegiatan yang berkonotasi kepetualangan.

Apabila tujuannya mengunjungi tempat-tempat suci, maka
namanya bukan trekking tetapi pilgrimage atau berziarah.

yang sering juga sulit, memakan waktu lama, memerlukan
persiapan matang.

Perjalanan sulit, lama, bermodal besar, perlu persiapan
matang, apabila mempunyai tujuan ilmiah atau untuk
melakukan riset ilmiah, tidak dinamakan trekking, tetapi
scientifical expedition, ekpedisi ilmiah.

Sudah dijelaskan, bahwa tujuan trekking ialah
kepetualangan untuk mengunjungi bentukan-bentukan alam,
yang biasanya sulit dicapai, bukan merupakan obyek wisata
umum, tetapi obyek wisata minat khusus.

obyek yang dikunjungi itu bisa berupa puncak gunung,
lembah curam, hutan rimba raya atau kawasan terpencil,
danau yang sulit dicapai dlsb.

Bahwasanya kegiatan trekking ini dapat dikomersilkan,
terbukti di Selandia Baru. Di negara yang berpendapatan
utamanya dari turisme itu dan hampir menjual hampir
semua obyek wisata alam yang mungkin dicapai, dikenal
apa yang dinamakan “The most beautiful walk on earth”.

“Trekking paling indah sedunia” ini, begitu termahsyurnya,
sehingga usaha untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini harus
dilaksanakan melalui pendaftaran dua tahun sebelumnya.

Kegiatan berjalan kaki ini membutuhkan waktu tidak kurang
dari dua minggu, untuk menikmati bentukan alam di Pulau
Selatan, yang meliputi danau-lembah (canyon)-sungai
berarus deras-gletser-puncak gunung bersalju-fyord-flora
dan fauna langka, semuanya secara terkoordinasi,
terorganisasi rapih, dengan tempat-tempat peristirahatan
tertentu yang sudah dipersiapkan logistiknya, disertai
pemandu wisata berpengalaman luas, sehingga harga cukup
tinggi (padahal harus jalan kaki) tidak merupakan kendala
bagi peminat.

Obyek wisata minat khusus ini dipasarkan melalui suatu
pertunjukan slide yang indah sekali dan diberi uraian
(narration) secara profesional, di suatu studio foto di desa Te
Anau, ditepi danau.

Trekking juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Dilakukan oleh jumlah terbatas peminat, yang
biasanya sudah saling kenal.

2) Biasanya direncanakan oleh kelompok itu sendiri,
baik mengenai tujuan, lamanya waktu tempuh, jenis
transport yang digunakan.

3) Biro perjalanan dalam hal trekking hanya berfungsi
sebagai pembantu kemudahan, antara lain untuk
menjual tiket kapal terbang, kapal laut, kereta api,
bus untuk permulaan dan akhir perjalanan, atau
sebagai perjalanan keliling itu. Juga untuk mengurus
visa, memberi informasi secara umum dlsb.

4) Logistik, akomodasi, konsumsi pada umumnya tidak
dipesan sebelumnya, namun sudah dipelajari
alternatifnya oleh trekker : mobil, sepeda motor,
sepeda balap dlsb.

5) Karena memakan waktu cukup lama dan modal
cukup besar, maka pada umumnya trekker mencari
sponsor (biasanya surat kabar/majalah), sehingga
diharapkan adanya laporan perjalanan yang akan
dimuat, lengkap dengan foto-foto.
6) Trekker biasanya mempunyai perasaan ego yang
tinggi, senang sekali berpetualang, dan ingin
melakukan hal-hal yang belum pernah atau jarang
dikerjakan oleh orang-orang lain.

Mengapa mereka melakukan trekking ini ?

Pertanyaan ini akan sulit mereka jawab, karena sama dengan
pertanyaan mengapa ada yang mau mendaki gunung,
menelusuri goa, memanjat tebing.

Yang tidak dapat mereka pungkiri ialah, bahwa dengan
kegiatan itu, mereka mendapat kepuasan. Namun tidak
tertutup kemungkinan, bahwa bila disertai publikasi, mereka
sebetulnya ingin menonjolkan diri agar menjadi terkenal.
Kesemuanya itu sangat individual. Tergantung dari ego
masing-masing trekker. Ada yang senang menonjolkan diri,
ada yang malu kalau namanya disebut dalam media masa.

Siapa yang melakukan trekking ini ?

Sudah diuraikan, pahwa profil seorang trekker, ialah
seorang yang senang berpetualang, berbadan sehat sekali,
tahan lapar, tahan haus, tahan “bantingan”, bermental kuat,
berkemauan keras, bersifat sangat toleran, sabar,
individualisme tinggi, bahkan sering keras kepala dalam
usaha mencapai tujuan. Karena aneka ragam kesulitan yang
mereka hadapi dan harus atasi, maka mereka bersifat
mandiri, mempunyai daya penyesuaian diri yang tinggi dan
tidak mudah putus asa.
Cara bagaimana mereka melakukan trekking, tergantung
daripada tujuan, lamanya perjalanan, tersedianya modal,
pengalaman dan kesukaan mereka.

Tidak jarang mereka menggunakan kombinasi dari beberapa
jenis kendaraan, tetapi bagi trekker yang tergolong spesialis,
mereka akan menggunakan alat transport kesayangan
mereka. Biasanya sepeda olahraga/balap, sepeda motor,
mobi1 jenis jeep dlsb yang sedapat mungkin akan dibawa
sampai tempat tujuan. Puncak gunung atau hutan rimba
sekalipun.

Tanpa kecuali, trekkers akan mempersiapkan diri secara
matang, sebelum berangkat. Studi mengenai negara atau
kawasan yang akan mereka kunjungi akan dipelajari dengan
seksama, melalui literatur dan peta-peta. Juga melalui
pengumpulan data informatif.

Mereka biasanya melatih diri dengan giat sebelum
berangkat, menggunakan segala jenis peralatan yang akan
mereka gunakan. Perlengkapan seperti tenda, sleeping bag,
peralatan memasak, survival kits, mereka bawa.

Kampanye mencari dana akan mereka kerjakan secara tidak
mengenal lelah.

Kapankah mereka melakukan trekking ini ?

Hal ini juga tergantung daripada tujuan, tersedianya waktu
dan modal serta peralatan. Biasanya pada waktu musim
kemarau atau musim panas, tetapi pada umumnya mereka
tidak terikat pada waktu tertentu.

Ke manakah mereka akan melakukan trekking ini ?

Hal ini sulit diprediksi, karena selera individualisme mereka
sulit diterka. Biasanya batas antar_negara bukan menjadi
kendala. Pada umumnya mereka akan melakukan trekking,
menuju tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang. Yang
jelas, obyek kunjungan turis biasa tidak menarik bagi
mereka.

Pada umumnya mereka tidak akan mengunjungi suatu
daerah untuk ke dua kalinya.

Prospek trekking di Indonesia, bagi turis minat khusus
domestik maupun asing cukup cerah, karena setiap pulau
memiliki keunikan tersendiri, baik dipandang daripada
keanekaragaman jenis bentukan alam, tetapi juga
keanekaragaman unsur kebudayaan, unsur kepetualangan,
bahkan unsur etnologis.

Biro perjalanan kiranya juga harus mempersiapkan diri
membantu jenis turis minat khusus trekking ini dengan
segala kemudahan informasi dan pelayanan penjualan tiket.
Unsur pemandu wisata minat khusus ini kiranya kurang
dibutuhkan, karena para trekkers paling banter membu-
tuhkan jasa pengantar lokal.

Blog Archive

 

Copyright © 2009 by Legua Caving & Speleologi