Sabtu, 04 Juni 2011

MELESTARIKAN TATAGUNA TANAH DAERAH KARST (Oleh : Go Ban Hong)

Tanah daerah batugamping umumnya dangkal, miskin zat hara,
peka erosi dan mudah menjadi tandus. Mempertahankan vegetasi
berupa hutan yang melindungi tanah dari pengikisan dan
pemiskinan air hujan menjadi suatu keharusan untuk
pelestariannya.

Tanah batugamping yang memiliki sistem goa, sungai dan danau
{akuifer} bawah tanah lebih serasi menjadi taman nasional.
Daya gunanya sebagai margasatwa, taman wisata, taman
olahraga mendaki gunung. Akuifer dapat menyediakan secara
mantap air bersih untuk rumah tangga, industri, irigasi,
perikanan air tawar.

Agar pemanfaatan lingkungan daerah batugamping tetap lestari,
maka suatu pedoman pengembangan tataguna tanah yang mapan
menjadi suatu keharusan menghadapi tuntutan masyarakat masa
depan yang beraneka ragam dan meningkat. Daya tampung
tenaga kerja pada aneka ragam lapangan kerja di daerah
batugamping lestari tata air dan hutan lebih mantap
dibandingkan dengan pegusahaannya sebagai tambang bahan
baku industri semen, kapur pertanian dan industri lain.
Penambangan batugamping secara besar-besaran menghasilkan
lingkungan kritis; lahan berlubang-lubang berkubangan air
tercemar yang dapat menjadi sarang aneka penyakit menular,
debu, yang senantiasa mengotori udara.

Makalah ini berpokok pada daerah batugamping, yang dikenal
sebagai daerah karst. Daerah karst berlandaskan batugamping
keras, terdiri dari sistem perbukitan batugamping bertebing
terjal, umumnya berselimut tanah dangkal, miskin jenis vegetasi,
dikenal sebagai vegetasi gemar kapur {kalsikol}. Pelarutan batu-

gamping menghasilkan sistem rongga bawah tanah dengan
kemungkinan terdapat sungai dan danau.

Karst mempunyai daya penarik istimewa di seluruh dunia. Semua
pulau besar Indonesia memiliki daerah karst, yang seluruhnya
meliputi kurang dari seperseratus dari luas daratan Indonesia.
Pelestarian lingkungan berdampak luas sekali, khusus daerah
karst yang memiliki akuifer dan sistem goa yang menjadi
penampung berbagai jasad mati dan hidup.

Jasad hidup termasuk manusia dan tumbuhan dengan limbahnya
menyuburkan lingkungan goa. Aneka tumbuhan dan jasad
berperan mengedarkan zat hara dan menyegarkan lingkungan.
Manusia, sadar atau tidak sadar dapat melestarikan atau merusak
lingkungan hidup daerah karst bersistem goa dan akuifer.
Ekosistem lestari daerah karst adalah hasil puluhan ribu tahun
perkembangan lingkungannya. Proses pelarutan batugamping
menjadi rongga-rongga dan tanah, yamg terbentuk dari sisa
pelarutan (residu) batugamping menelan waktu ratusan hingga
ribuan tahun.
Tanah yang terbentuk dari residu batugamping adalah ramuan
residu bahan tidak melarut batugamping, bahan yang berjatuhan
selama jenjang waktu pembentukan berupa debu {misal dari
gunung berapi at au padang gurun}, bahan organik (tumbuhan
dan binatang dalam perombakan dan lapuk menjadi humus).
Andaikata residu yang menghasilkan 1 cm lapisan tanah berasal
dari pelarutan batugamping setebal 1 meter dan 1 cm lapisan
tanah adalah hasil pembentukan selama 1000 tahun, maka
lapisan tanah setebal 20 cm berumur paling kurang 20.000 tahun,
bilamana tidak terjadi longsor atau dikikis air hujan. Tanah yang
terbentuk dari bahan induk batugamping keras dikenal sebagai
tanah intrazonal, dimana bahan induk lebih berperan dari pada
iklim. Bilamana iklim lebih berperan, maka disebut zonal.
Tergantung dari tata air terbentuk tanah berwarna merah,
terrarosa dan tanah berwarna kelabu, dikenal sebagai rendzina.
Yang pertama meneruskan air dengan lanear, sedangkan yang ke
dua mengalami kahat udara (anaerob) dan jenuh air secara
berkala. Liat terrarosa adalah haloisid dan liat rendzina adalah
smektit (montmorilonit).
Daerah karst suatu negara termasuk daerah langka, khusus yang
belum menderita kerusakan sehingga negara yang sadar
kelangkaan ini memiliki berbagai peraturan yang bertujuan
melestarikan lingkungannya. Sekaligus mendayagunakannya,
misalnya untuk industri pariwisata. Kemakmuran penduduk di
wilayah tersebut berkembang dengan lembaga-lembaga yang
mendukung pariwisata biro perjalanan, perhotelan, lembaga yang
mengembangkan industri rumah tangga, hortikultura yang
menghasilkan buah-buahan, tanaman hias khas batu kapur (misal
beringin bonsai).

Daerah karst bersistem goa dan akuifer yang ditetapkan sebagai
taman nasional dapat merubah masyarakat tradisional penghasil
pangan bersistem subsistem menjadi masyarakat majemuk
penghasil jasa dan barang yang mengembangkan industri
pariwisata, terutama domestik. Membiarkan masyarakat
tradisional menghasilkan pangan dan memenuhi kebutuhan dasar
secara mandiri, tanpa atau hanya sedikit saja yang dapat
dipasarkan, mengakibatkan Makin mundur kesuburan tanah.
Petani dengan pendapatannya yang Makin menurun setiap
kepala keluarga pada tanah yang generasi demi generasi Makin
sempit, tidak mampu memelihara dan mempertahankan
kesuburan tanah. Sebaliknya tanah memelihara keluarga tani
yang berakibat kerusakannya. Sebagaimana telah diuraikan
diatas, tanah yang terbentuk di atas batugamping umumnya
dangkal, peka erosi, tidak subur dan mudah menjadi tandus.
Dibandingkan lahan sawah yang berpengairan teknis, lahan
daerah karst berdaya dukung sangat rendah, bilamana
diperuntukan sebagai penghasil pangan karbohidrat tradisional;
padi, jagung , ubi-ubian, tebu. Modal tertanam selama puluhan
tahun pada lahan sawah berpengairan teknis jauh lebih banyak
setiap satuan luas dibandingkan dengan lahan daerah karst.
Biaya setiap kepala keluarga setiap tahun untuk hidup layak pada
tanah kering mungkin lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga
tani di lahan sawah irigasi Hingga dewasa ini belum ada suatu
konsensus tentang sistem mempertahankan kesuburan tanah
pertanian pada umumnya, khusus tanah.. irigasi dan tanah tadah
hujan. Misalnya terdapat anjuran pengapuran tanah masam (yang
umumnya sudah kehilangan bahan organik yang menumpuk di
lapisan atas yang tersubur), tanpa mengharuskan perkayaan
dengan pupuk alam dalam bentuk kompos, pupuk hijau atau
kandang. Pengapuran tanah tanpa perkayaan dengan bahan
organik akan mempercepat perombakan humus dan semua
senyawa organik yang masih tertinggal. Bahan ini menjadi
pemantap struktur tanah dan penyangga berbagai zat hara
penting, terutama zat hara mikro, juga sebagai penawar racun
jasad tanah dan akar tumbuhan.

Andaikata ada bagian tertentu lahan di daerah karst yang sesuai
untuk pertanian, maka yang perlu mendapat perhatian untuk
ditanam adalah tanaman yang bernilai tinggi, misal anggur,
semangka, makadamia, tembakau turki (aromatik). Tanaman ini
memerlukan beberapa bulan kering untuk pemasakan buah atau
daun bermutu tinggi. Rakyat dapat mengembangkan ketrampilan
menghasilkan pohon bonzai, seperti pohon beringin di atas batu
kapur. Pohon beringin merupakan suatu kremnofit, suatu
tumbuhan yang tumbuh di lereng terjal berbatu. Pohon beringin
ini cocok sekali untuk menghutankan daerah tandus karst, yang
telah kehilangan lapisan tanah yang subur. Daerah karst
merupakan suatu bentangan alam yang penuh teka teki. Sebagai
contoh dapat diambil daerah karst Gombong Selatan, yang
terkenal dengan Karang Bolong dan sarang burungnya. Pada
pusat pegunungan ini muncul batuan andesit, suatu tanda sisa
kegiatan gunung vulkan. Vulkan ini berlandaskan beku beku
efusi yang luas di atas batuan endapan. Apakah ini merupakan
suatu atol, di mana terbentuk endapan kapur dari kegiatan
binatang laut di sekeliling kerucut gunung berapi ? Menurut teori
isostasi, kerucut dengan endapan yang makin tebal makin turun
terhadap muka air laut. Kolam sekeliling kerucut terisi pecahan
batu kapur dan batuan beku, yang membentuk breksi dan tufa.
Sebaliknya bilamana permukaan laut turun dan seluruh endapan
muncul dari permukaan laut, maka pelarutan endapan kapur
mengurangi tekanan, sehingga untuk memenuhi teori isostasi
badan vulkan yang berlandaskan batu beku berangsur-angsur
terangkat. Proses ini masih terus berlangsung, sehingga tampak
akuifer yang berada puluhan meter di atas permukaan tanah
aluvial sekeliling pegunungan karst Gombong Selatan. Sudah
barang tentu hipotesis ini memerlukan lebih banyak pengamatan
lapangan.


PUSTAKA

1. FAO of the UN, 1978. Report on the Agro-Ecological Zones
Project. I. Metd and Result for Africa. XI + pp 158. Rome.
2. FAO of the UN, 1980. Vol. 4. Results for Southeast Asia.
VII + pp 39. Rome.
3. Go Ban Hong, 1980. Kesuburan dan Pengadaan Pangan.
Seminar Dept Ilmu Tanah. Fak Pertanian IPB.
4. Go Ban Hong, 1984. Dampak tataguna tanah Daerah Karst
Karang Bolong. Diskusi Panel Kawasan Batugamping
Gombong Selatan, Karanganyar.
5. Kelleog, Ch. E.,1951 The soil that support us. X + pp 370.
New York.
6. Madiapura, T., Amir, Zulfahmi, 1977. Batugamping dan
Dolomit di Indonesia. Publikasi tehnik seri Geologi Ekonomi
8. 1-47. Dit Geologi, Ditjen Pertambangan Umum, Dep
Pertambangan.
7. Soewarno Darsoprajitno, 1984. Konservasi Bentukan Alam di
Pegunungan Serayu Selatan, Karang Anyar.


---------------------------------------------------------------------------------


* Makalah


dalam


SIMPOSIUM


NASIONAL

LINGKUNGAN KARST. 28-29 Juni 1985, Manggala
Wana Bhakti – Jakarta.

Blog Archive

 

Copyright © 2009 by Legua Caving & Speleologi